A. GLOBAL WARMING
1. Pengertian GLOBAL WARMING
Pengertian dari pemanasan global itu
sendiri adalah meningkatnya temperatur rata-rata bumi sebagai akibat dari
akumulasi panas di atmosfer yang disebabkan oleh Efek Rumah Kaca. Panas dari
bumi yang seharusnya dipantulkan lagi ke angkasa, tertahan oleh gas-gas rumah
kaca yang terkandung dalam atmosfer. Gas tersebut antara lain adalah karbon
dioksida dan metana. Faktor utama penyebab makin meningkatnya gas-gas tersebut
adalah perkembangan teknologi yang tidak ramah lingkungan. Kebutuhan manusia
terus bertambah. Untuk memenuhi semua kebutuhan tersebut dengan cepat dan
efesien, dibutuhkan industri-industri besar. Memang hasilnya bagi manusia
sangat menguntungkan, tapi limbah hasil keluaran pabrik itu yang sangat tidak
berpihak pada alam. Air, Udara, dan tanah akan tercemar jika tidak ditangani
dengan sistem penanggulangan yang berwawasan lingkungan. Meningkatnya jumlah
kendaraan berbahan bakar fosil juga akan ikut mempercepat pemanasan global.
Asap hasil emisi kendaraan bermotor yang tidak sempurna mengandung karbon
dioksida dan karbon monoksida. Dua jenis material tersebut tidak sanggup
diserap seluruhnya oleh tumbuhan yang jumlahnya semakin berkurang. Dampak yang
diakibatkan oleh pemanasan global hampir semuanya negatif. Mungkin ada beberapa
dampak positif dari fenomena ini, tapi yang akan kita bahas hanyalah dampak
negatifnya.Secara tidak langsung, pemanasan global ini berpengaruh pada cuaca
yang tidak menentu. Suhu rata-rata permukaan bumi meningkat secara bertahap.
Dari naiknya suhu rata-rata tersebut, tingginya permukaan air laut juga
berpengaruh. Pemanasan yang berpusat di belahan utara bumi,menyebabkan es di
kutub utara mencair. Dengan cairnya es tersebut, debit air laut akan bertambah
dan menyebabkan pulau-pulau rendah akan tenggelam dan hilang. Hasil pertanian
pun tidak luput dari pengaruh pemanasan global. Hujan atau kemarau yang terlalu
panjang, menyebabkan sering terjadi banjir atau kekeringan parah. Pertumbuhan
tanaman akan terganggu yang pada akhirnya juga akan mengurangi hasil panenan.
Dalam laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) 2007, dapat
dilihat dampak pemanasan global yang akan terjadi per 1 derajat Celcius
kenaikan rata-rata suhu dunia dalam rentang kenaikan 1-5 derajat Celcius.
Berdasarkan data ini, antara 1970 hingga 2004, diIndonesia telah terjadi
kenaikan suhu rata-rata tahunan antara 0,2-1 derajat Celcius yang dapat
mengakibatkan penurunan produksi pangan sehingga bisa meningkatkan risiko
bencana kelaparan, peningkatan kerusakan pesisir akibat banjir dan badai,
peningkatan kasus gizi buruk dan diare, serta perubahan pola distribusi hewan
dan serangga sebagai vektor penyakit. Dari segi kesehatan, para ilmuan
memprediksi bahwa lebih banyak orang yang terkena penyakitatau meninggal karena
stress udara panas.
Wabah penyakit yang biasa ditemukan di daerah
tropis, seperti penyakit yang diakibatkan nyamuk dan hewan pembawa penyakit
lainnya, akan semakin meluas karena mereka dapat berpindah ke daerah yang
sebelumnya terlalu dingin bagi mereka.
Saat ini, 45 persen penduduk dunia
tinggal di daerah di mana mereka dapat tergigit oleh nyamuk pembawa parasit
malaria. Persentase itu akan meningkat menjadi 60 persen jika temperatur
meningkat. Penyakit-penyakit tropis lainnya juga dapat menyebar seperti
malaria, demam berdarah dengue, demam kuning, dan encephalitis. Para ilmuan
juga memprediksi meningkatnya insiden alergi dan penyakit pernafasan karena
udara yang lebih hangat akan memperbanyak polutan, spora mold dan serbuk sari.
Terjadi dan masih terus berlanjut pada
masa sekarang dalam kehidupan dan peradaban manusia Semenjak manusia pada jaman
purbakala sampai dengan jaman sekarang, manusia telah mengalami perkembangan
dalam setiap periode waktu yang dilewatinya yang telah kita kenal dengan
berbagai jaman seperti jaman meolitikum, neolitikum. Peradaban manusia telah
mengalami kemajuan sampai sekarang. Selama perkembangan itu, manusia menjalani
kehidupan bergantung pada pertanian dan agrikultur. Dengan orientasi kehidupan
tersebut, manusia selalu berusaha menjaga dan melestarikan lingkungannya dengan
sebaik-baiknya yang bertujuan untuk
menjaga kelangsungan hidup manusia pula. Dan pada saatnya, perkembangan manusia telah mengalami jaman revolusi industri yang menggantungkan kehidupan manusia pada bidang perindustrian. Dengan orientasi hidup tersebut, dunia agrikultur pun mengalami kemunduran perlahan-lahan. Nilai-nilai kehidupan manusia pun mengalami perubahan, terutama dalam interaksi manusia dengan lingkungannya. Perubahan-perubahan yang terjadi ini menghasilkan dampak baik positif maupun negatif. Salah satu dampak revolusi industri yang telah adalah dampaknya bagi lingkungan yang ada di sekitar manusia itu sendiri. Ekspansi usaha yang dilakukan oleh para pelaku industri seperti pembangunan pabrik-pabrik dan pembuatan produksi dengan kapasitas besar dengan mengesampingkan perhatian terhadap dampaknya bagi lingkungan secara perlahan namun pasti telah mengakibatkan kelalaian yang pada akhirnya akan merugikan lingkungan tempat tinggal manusia serta manusia dan kehidupannya. Para ahli lingkungan telah menemukan indikasi adanya dampak yang terbesar bagi lingkungan dan dunia secara global akibat usaha perindustrian yang dilakukan dan telah berkembang pesat ini. Dampak negatif ini adalah terjadinya pemanasan di dunia dan sering disebut sebagai Global Warming.
menjaga kelangsungan hidup manusia pula. Dan pada saatnya, perkembangan manusia telah mengalami jaman revolusi industri yang menggantungkan kehidupan manusia pada bidang perindustrian. Dengan orientasi hidup tersebut, dunia agrikultur pun mengalami kemunduran perlahan-lahan. Nilai-nilai kehidupan manusia pun mengalami perubahan, terutama dalam interaksi manusia dengan lingkungannya. Perubahan-perubahan yang terjadi ini menghasilkan dampak baik positif maupun negatif. Salah satu dampak revolusi industri yang telah adalah dampaknya bagi lingkungan yang ada di sekitar manusia itu sendiri. Ekspansi usaha yang dilakukan oleh para pelaku industri seperti pembangunan pabrik-pabrik dan pembuatan produksi dengan kapasitas besar dengan mengesampingkan perhatian terhadap dampaknya bagi lingkungan secara perlahan namun pasti telah mengakibatkan kelalaian yang pada akhirnya akan merugikan lingkungan tempat tinggal manusia serta manusia dan kehidupannya. Para ahli lingkungan telah menemukan indikasi adanya dampak yang terbesar bagi lingkungan dan dunia secara global akibat usaha perindustrian yang dilakukan dan telah berkembang pesat ini. Dampak negatif ini adalah terjadinya pemanasan di dunia dan sering disebut sebagai Global Warming.
2. Penyebab Timbulnya GLOBAL WARMING
- · Emisi karbon dioksida dari pembakaran bahan bakar fosil pembangkit
listrik.
Penggunaan listrik yang semakin meningkat yang dipasok dari pembangkit listrik berbahan bakar batubara batubara yang melepaskan sejumlah besar karbon dioksida ke atmosfer. 40% emisi CO2 dihasilkan oleh produksi listrik AS, dan 93 persen diantaranya berasal dari emisi pembakaran batubara pada industri utilitas. Setiap hari, pasar semakin banyak dibanjiri gadget penggunaannya membutuhkan daya listrik, padahal tidak didukung oleh energi alternatif. Dengan demikian kita akan semakintergantung pada pembakaran batu bara untuk memasok kebutuhan listrik di seluruh dunia.
- Emisi karbon dioksida dari pembakaran bensin pada kendaraan.

Kendaraan yang kita pakai adalah sumber penghasil emisi sekitar 33% yang
berdampak terhadap pemanasan global. Dengan pertambahan jumlah penduduk yang
tumbuh pada tingkat yang mengkhawatirkan, tentu saja akan meningkatkan
permintaan akan kendaraan yang lebih banyak lagi, yang berarti penggunaan bahan
bakar fosil untuk transportasi dan pabrik yang semakin besar. Konsumsi terhadap
bahan bakar fosil jauh melampaui penemuan terhadap cara untuk mengurangi dampak
emisi. Sudah saatnya kita meninggalkan budaya konsumtif.
- · Emisi metana dari peternakan dan dasar laut Kutub Utara.
Metana merupakan gas rumah kaca yang
sangat kuat setelah CO2. Bila bahan organik diurai oleh bakteri pada kondisi
kekurangan oksigen (dekomposisi anaerobik) maka metana akan dihasilkan. Proses
ini juga terjadi pada usus hewan herbivora, dan dengan meningkatnya jumlah
produksi ternak terkonsentrasi, tingkat metana yang dilepaskan ke atmosfer akan
meningkat. Sumber metana lainnya adalah metana klatrat, suatu senyawa yang
mengandung sejumlah besar metana yang terperangkap dalam struktur bongkahan es.
Apabila metana keluar dari dasar laut Kutub Utara, maka tingkat pemanasan
global akan meningkat secara signifikan.
- · Deforestasi, terutama hutan tropis untuk kayu, pulp, dan lahan pertanian.
Penggunaan
hutan untuk bahan bakar (baik kayu dan arang) merupakan salah satu penyebab
deforestasi. Di seluruh dunia pemakaian produk kayu dan kertas semakin
meningkat, kebutuhan akan lahan ternak semakin meningkat untuk pemasok daging
dan susu, dan penggunaan lahan hutan tropis untuk komoditas seperti perkebunan
kelapa sawit menjadi penyebab utama terhadap deforestasi dunia. Penebangan
hutan akan mengakibatkan pelepasan karbon dalam jumlah besar ke atmosfir.
·
- Peningkatan penggunaan pupuk kimia pada lahan pertanian.
Pada pertengahan abad ke-20, penggunaan pupuk kimia
(yang sebelumnya penggunaan pupuk kandang) telah meningkat secara dramatis.
Tingginya tingkat penggunaan pupuk yang kaya nitrogen memiliki efek pada penyimpanan
panas dari lahan pertanian (oksida nitrogen memiliki kapasitas 300 kali lebih
panas- per unit volume dari karbon dioksida) dan kelebihan limpasan pupuk
menciptakan 'zona-mati 'di laut. Selain efek ini, tingkat nitrat yang tinggi
dalam air tanah karena pemupukan yang berlebihan berdampak terhadap kesehatan
manusia yang cukup memprihatinkan.
- · Efek Rumah Kaca
- Efek Umpan Balik
nasir penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik yang dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara sampai tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri. (Walaupun umpan balik ini meningkatkan kandungan air absolut di udara, kelembaban relatif udara hampir konstan atau bahkan agak menurun karena udara menjadi menghangat).[3] Umpan balik ini hanya berdampak secara perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer. Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh es.[4] Ketika suhu global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair dengan kecepatan yang terus meningkat. Bersamaan dengan melelehnya es tersebut, daratan atau air di bawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi Matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan
3.
Dampak Global Warming Terhadap EKOSISTEM
- Gletser Menciut
Gletser adalah daratan yang terbuat
dari es. Gletser bakal ikut meleleh dan menciut seiring dengan bertambahnya
suhu bumi. Suhu bumi meningkat karena tingginya emisi gas rumah kaca di
atmosfer. Selama tahun 1990- 2005 saja suhu bumi naik 0,15 - 0,3 derajat
celcius. Gletser Himalaya yang memasok air ke sungai Gangga sekaligus
menyediakan irigasi dan suplai air minum untuk 500 juta penduduk,menyusut 37
meter pertahun.Gletser di kutub semakin cepat mencair hingga membuat permukaan
air laut di bumi naik.
- Mahkluk Hidup Punah
Sebanyak 30 % mahkluk hidup yang ada sekarang bakal musnah tahun 2050 kalau temperatur bumi terus naik. Spesies yang punah ini kebanyakan yang habitatnya di tempat dingin . Hewan-hewan laut diperkirakan banyak yang tak bisa bertahan setelah suhu air laut jadi menghangat. Kalau tumbuhan dan hewan makin berkurang, jelas manusia akhirnya terancam karena kekurangan bahan makanan.
- Hilangnya terumbu karang.
Sebuah laporan tentang terumbu
karang dari WWF mengatakan bahwa dalam skenario terburuk, populasi karang akan
runtuh pada tahun 2100 karena suhu dan keasaman laut meningkat. 'Pemutihan'
karang akibat kenaikan suhu laut yang terus-menerus sangat berbahaya bagi
ekosistem laut, dan banyak spesies lainnya di lautan bergantung pada terumbu
karang untuk kelangsungan hidup mereka."Meskipun luasnya lautan 71 persen
dari permukaan bumi dengan kedalaman rata-rata hampir 4 km - ada indikasi
bahwa hal ini mendekati titik kritis. Bagi terumbu karang, pemanasan dan
pengasaman air mengancam hilangnya ekosistem global. Jadi diperlukan upaya yang
besar untuk menyelamatkan terumbu karang dari kepunahan.
- Badai
Badai
memang bisa terjadi karena kehendak alam. Tapi suhu air yang menghangat
akibat global warming mendukung terjadinya badai
yang jauh lebih kuat dan besar. Beberapa tahun belakangan ini , negara-negara
di Eropa, Amerika, dan Karibia telah mengalami begitu banyak badai
dibandingkan abad sebelumnya. Bahkan badai-badai tersebut bukan cuma badai biasa,
namun masuk kategori badai mematikan , seperti badai katrina,badai ike, badai nargis,
badai rita,dll.
Tingkat keparahan badai seperti angin
topan dan badai semakin meningkat, dan penelitian yang dipublikasikan dalam Nature
mengatakan:
"Para ilmuwan menunjukkan bukti yang kuat bahwa pemanasan global secara signifikan akan meningkatkan intensitas badai yang paling ekstrim di seluruh dunia. Kecepatan angin maksimum dari siklon tropis terkuat meningkat secara signifikan sejak tahun 1981.Hal tersebut diperkirakan didorong oleh suhu air laut yang semakin meningkat, tidak mungkin mengalami penurunan dalam waktu dekat. "
"Para ilmuwan menunjukkan bukti yang kuat bahwa pemanasan global secara signifikan akan meningkatkan intensitas badai yang paling ekstrim di seluruh dunia. Kecepatan angin maksimum dari siklon tropis terkuat meningkat secara signifikan sejak tahun 1981.Hal tersebut diperkirakan didorong oleh suhu air laut yang semakin meningkat, tidak mungkin mengalami penurunan dalam waktu dekat. "
- Kekeringan
Afrika,
India, dan daerah-daerah kering lainnya bakal menderita kekeringan lebih parah
! Air akan makin sulit di dapat dan tanah tak bisa ditanami apa-apa lagi,
hingga suplai makanan berkurang drastis. Ilmuwan memperkirakan hasil tani
negara-negara Afrika akan menurun 50 % di tahun 2020 , dan tingkat kekeringan
di dunia meningkat 66 % . Tak terbayang kalau kekeringan ini sampai terjadi di
bumi ini. Menurut
penelitian terbaru, sekitar 3 miliar orang di seluruh dunia harus memilih untuk
pindah ke wilayah beriklim sedang karena kemungkinan adanya ancaman
kelaparan akibat perubahan iklim dalam 100 tahun.
"Perubahan iklim ini diramalkan memiliki dampak yang paling parah pada pasokan air. Kekurangan air di masa depan kemungkinan akan mengancam produksi pangan, mengurangi sanitasi, menghambat pembangunan ekonomi dan kerusakan ekosistem. Hal ini menyebabkan perubahan suasana lebih ekstrim antara banjir dan kekeringan." Menurut Guardian, pemanasan global menyebabkan 300.000 kematian per tahun.
"Perubahan iklim ini diramalkan memiliki dampak yang paling parah pada pasokan air. Kekurangan air di masa depan kemungkinan akan mengancam produksi pangan, mengurangi sanitasi, menghambat pembangunan ekonomi dan kerusakan ekosistem. Hal ini menyebabkan perubahan suasana lebih ekstrim antara banjir dan kekeringan." Menurut Guardian, pemanasan global menyebabkan 300.000 kematian per tahun.
- Pulau Tenggelam
Para ilmuwan memprediksi kenaikan permukaan air laut
di seluruh dunia karena mencairnya dua lapisan es raksasa di Antartika dan
Greenland, terutama di pantai timur AS. Namun, banyak negara di seluruh dunia
akan mengalami dampak naiknya permukaan air laut, yang bisa memaksa jutaan
orang untuk mencari pemukiman baru. Maladewa adalah salah satu negara yang
perlu mencari rumah baru akibat naiknya permukaan laut. Indonesia , Amerika Serikat, dan
Bangladesh adalah beberapa negara yang paling terancam tenggelam. Bahkan
beberapa pulau di Indonesia sudah hilang tenggelam. Ini disebabkan mencairnya
permukaan gletser di kutub yang membuat volume air laut meningkat drastis.
Menyusutnya hutan bakau memperparah pasangnya air laut. Sekarang saja
pasang air laut Pantai Kuta telah membanjiri beberapa lobi hotel
disekitarnya. Pulau Jawa juga bernasib sama , sampai saat ini permukaan Teluk
Jakarta sudah naik 0,8 cm. Dan kalau suhu bumi terus naik , tahun 2050
derah-daerah Jakarta dan Bekasi seperti Kosambi , Penjaringan , Cilincing ,
Muaragembong , dan Tarumajaya akan terendam.
4.
Upaya Manusia Untuk Mengurangi Efek Global Warming
- Menanam pohon
Ini mungkin adalah cara yang paling
mudah untuk dilakukan oleh kita tetapi sangat berat untuk dilaksanakan. Ini
dikarenakan kita sangat malas untuk bergerak dan menggunakan raga kita hanya
untuk sekedar menanam pohon. Tetapi inilah mungkin salah satu cara yang paling
ampuh untuk mengurangi dampak global warming. Karena pohon terbukti dapat
menghisap kuat gas karbon dioksida dan apalagi jika kita menanam pohon rumpun
bambu akan menghisap karbon dioksida 4 kali lebih kuat dari pohon biasa.
Kurangi penggunaan kertas
Ingat kuat-kuat pemikiran di atas di pikiran kita, karena inilah salah satu penyebab yang besar yang mempengaruhi global warming karena dengan kita memakai satu lembar kertas berarti kita telah menebang satu buah pohon. Mulailah sekarang untuk mengurangi penggunaan kertas misalnya gunakan kertas se-efisien mungkin dan print-lah kertas jika bisa kertas tersebut digunakan secara bolak-balik.
- Hemat penggunaan listrik
Saat ini listrik sudah semakin mahal. Ini mungkin juga salah satu siasat pemerintah untuk mengurangi dampak global warming (mungkin). Jika kita lagi bepergian matikanlah listrik yang tidak perlu, atau hematlah sehemat-hemat mungkin untuk menggunakan listrik. Lalu juga jangan sering membuka kulkas terlalu sering karena ruangan di dalam kulkas banyak mengandung freon yang dapat merusak lapisan ozon di bumi.Jadi inilah mungkin cara mengatasi mungkin tepatnya mengurangi gejala dari global warming. Sebenarnya masih banyak cara-cara yang mungkin kita bisa lakukan untuk mengurangi hal tersebut. Mudah-mudahan kita bisa mulai dari sekarang untuk melakukan hal tersebut, karena semakin lama lapisan ozon bumi kita akan semakin berkurang dan ini akan menjadi kehidupan kita di bumi menjadi panik dan terganggu
Sering-seringlah naik sepeda
B. REKAYASA
CUACA
1.
Pengertian Rekayasa Cuaca
Menurut definisi, Rekayasa cuaca
atau WMT (Weather Modification Technology) merupakan usaha manusia untuk
mengubah tingkat curah hujan yang turun secara alami dengan mengubah proses
fisika yang terjadi di dalam awan. Proses fisika yang diubah (diberi perlakuan)
di dalam awan dapat berupa proses tumbukan dan penggabungan (collision and
coalescense) atau proses pembentukan es (ice nucleation).
proses rekayasa cuaca:
1. Cek Lokasi Awan dan Arah Angin
proses rekayasa cuaca:
1. Cek Lokasi Awan dan Arah Angin
Hal pertama yang harus dilakukan oleh para perekayasa cuaca adalah menentukan lokasi awan yang berpotensi menimbulkan hujan lebat serta banjir. Lalu, arah dan kelajuan angin juga harus diperhitungkan sehingga dapat diperkirakan dimana hujan akan turun dan berapa lama senggang waktunya. Selain itu, hal ini juga penting guna keselamatan pilot dan awak perekayasa cuaca di udara nanti.
2. Siapkan Senjata
Amunisi yang digunakan para perekayasa cuaca untuk penyemaian awan sangatlah simpel dan dapat kita temui dimana-mana. Nama kimianya adalah Natrium Klorida (NaCl) atau dikenal dengan Garam Dapur. Bahan semai ini bersifat higroskopis, yaitu menyerap air, maka awan akan lebih banyak menyerap molekul air sehingga proses kondensasi akan terjadi lebih cepat. Selain itu, Molekul NaCl yang lebih Berat daripada Air (H2O) otomatis akan menambah massa awan, sehingga proses kondensasi akan terjadi lebih cepat lagi. (kondensasi = proses awan (uap air) menjadi titik air)
3. Terbangkan Pesawat
Sebenarnya untuk merekayasa cuaca tidak perlu pesawat khusus yang canggih, cukup sebuah pesawat yang mampu mengangkut berton-ton garam dapur. Bahkan sebetulnya bisa menggunakan alat bantu lain, diantaranya:
Namun,
cara yang paling umum digunakan adalah menggunakan pesawat. Armada perekayasa
cuaca di Indonesia diantaranya pesawat CASA dan Hercules.
Ketika telah mencapai ketinggian dan lokasi yang tepat, biasanya lokasi yang tepat itu adalah di atas laut atau daerah-daerah tidak rawan banjir. Maka garam dapur mulai ditebarkan dan dengan mudah mengikat dengan air yang ada di awan (sesuai sifat garam, mudah larut dalam air) lalu, garam-garam itu membantu mengikat lebih banyak air untuk mempercepat proses kondensasi.
Ketika telah mencapai ketinggian dan lokasi yang tepat, biasanya lokasi yang tepat itu adalah di atas laut atau daerah-daerah tidak rawan banjir. Maka garam dapur mulai ditebarkan dan dengan mudah mengikat dengan air yang ada di awan (sesuai sifat garam, mudah larut dalam air) lalu, garam-garam itu membantu mengikat lebih banyak air untuk mempercepat proses kondensasi.
4. Kejadian Selanjutnya
Ketika
awan selesai disemai maka awan akan mengikat lebih banyak air, menurut
prediksi rata-rata, awan intensitas sedang akan mulai kondensasi 2 jam setelah
disemai, melalui penentuan yang dilakukan seperti pada poin 1, maka dapat
diprediksi lokasi dimana awan akan jatuh. Dan hal ini dapat memantu mengurangi
intensitas hujan yang dapat berpotensi banjir di daerah-daerah tertentu seperti
Jakarta.
2.
Permanfaatan Rekayasa Cuaca
Dalam pelaksanaannya, teknologi ini memilki sifat yang unik,
karena tidak memerlukan bangunan sipil yang permanen, dan teknologi ini sangat
ramah lingkungan. Produk Teknologi ini yang berupa tambahan curah hujan atau
tambahan aliran sungai memiliki nilai ekonomis tinggi. Sehingga pada dasarnya
teknologi ini mudah untuk diterapkan dan tidak memiliki dampak buruk bagi
lingkungan sekitarnya.
Kegiatan ini ramah lingkungan. Bahan yang digunakan untuk penyemaian awan juga digunakan untuk kehidupan sehari-hari. Urea digunakan dalam pertanian dan unsur lainnya yang juga bermanfaat layaknya kandungan mineral dari air hujan.
Disamping banyaknya manfaat, terdapat pula kendala yang dialami dalam proses rekayasa cuaca ini, yaitu biaya yang dibutuhkan dalam sekali proses tidaklah murah. Selain biaya yang diperlukan besar, kemungkinan kegagalan dari proses ini pun bisa saja terjadi, seperti contohnya apabila serbuk garam yang ditaburkan tidak tersebar pada area yang tepat,sehingga serbuk akan jatuh lagi ke tanah dengan sia-sia, padahal biaya yang dikeluarkan sangat besar. Dari penemuan metode perekayasaan cuaca ini dapat disimpulkan bahwa kekeringan di suatu wilayah dapat diatasi dengan pembuatan hujan buatan. Proses pelaksanaanya pun cukup sederhana yaitu dengan menaburkan garam pemicu hujan di awan Cumulus dengan menggunakan pesawat kecil sehingga masing-masing butiran garam akan mengikat air di awan tersebut yang kemudian jatuh sebagai air hujan.
Manfaat yang dihasilkan pun cukup banyak contohnya adalah bertambahnya curah hujan dibandingkan dengan hujan pada umumnya, mineral yang dihasilkan pun ramah lingkungan, dan manfaat-manfaat lainnya.
Disamping manfaatnya terdapat pula kendala dalam pelaksanaannya yaitu masalah biaya yang besar dalam sekali prosenya serta kesalahan penaburan garam dalam pelaksanaannya, juga dapat menghasilkan kerugian yang cukup besar.
Kegiatan ini ramah lingkungan. Bahan yang digunakan untuk penyemaian awan juga digunakan untuk kehidupan sehari-hari. Urea digunakan dalam pertanian dan unsur lainnya yang juga bermanfaat layaknya kandungan mineral dari air hujan.
Disamping banyaknya manfaat, terdapat pula kendala yang dialami dalam proses rekayasa cuaca ini, yaitu biaya yang dibutuhkan dalam sekali proses tidaklah murah. Selain biaya yang diperlukan besar, kemungkinan kegagalan dari proses ini pun bisa saja terjadi, seperti contohnya apabila serbuk garam yang ditaburkan tidak tersebar pada area yang tepat,sehingga serbuk akan jatuh lagi ke tanah dengan sia-sia, padahal biaya yang dikeluarkan sangat besar. Dari penemuan metode perekayasaan cuaca ini dapat disimpulkan bahwa kekeringan di suatu wilayah dapat diatasi dengan pembuatan hujan buatan. Proses pelaksanaanya pun cukup sederhana yaitu dengan menaburkan garam pemicu hujan di awan Cumulus dengan menggunakan pesawat kecil sehingga masing-masing butiran garam akan mengikat air di awan tersebut yang kemudian jatuh sebagai air hujan.
Manfaat yang dihasilkan pun cukup banyak contohnya adalah bertambahnya curah hujan dibandingkan dengan hujan pada umumnya, mineral yang dihasilkan pun ramah lingkungan, dan manfaat-manfaat lainnya.
Disamping manfaatnya terdapat pula kendala dalam pelaksanaannya yaitu masalah biaya yang besar dalam sekali prosenya serta kesalahan penaburan garam dalam pelaksanaannya, juga dapat menghasilkan kerugian yang cukup besar.
3. Dampak Rekayasa Cuaca Terhadap Iklim Global
Proses Rekayasa Cuaca tentu juga memiliki dampak negatif,
diantaranya sebagai berikut:
- Cuaca di Daerah Target akan menjadi panas, karena hanya sedikit awan yang menghalangi sinar matahari.
- Biaya yang tidak sedikit. Karena idealnya Rekayasa Cuaca harus dilakukan setiap hari selama periode hujan lebat.
- Konsumsi Garam Dapur yang terlalu besar.
- Memutus siklus air.
- Naiknya muka air laut. Karena siklus air tidak berjalan.
PENUTUP
1. Kesimpulan : Pemanasan
global telah menjadi permasalahan yang menjadi sorotan utama umat manusia.
Fenomena ini bukan lain diakibatkan oleh perbuatan manusia sendiri dan
dampaknya diderita oleh manusia itu juga. Untuk mengatasi pemanasan global
diperlukan usaha yang sangat keras karena hampir mustahil untuk diselesaikan
saat ini. Pemanasan global memang sulit diatasi, namun kita bisa mengurangi
efeknya.Penangguangan hal ini adalah kesadaran kita terhadap kehidupan bumi di
masa depan. Apabila kita telah menanamkan kecintaan terhadap bumi ini maka
pmanasan global hanyalah sejarah kelam yang pernah menimpa bumi ini.
2. Saran – Saran : Kehidupan ini berawal dari kehidupan di bumi jauh sebelum
makhluk hidup ada. Maka dari itu untuk menjaga dan melestarikan bumi ini harus
beberapa dekade kah kita memikirkannya. Sampai pada satu sisi dimana bumi ini
telah tua dan memohon agar kita menjaga serta melstarikannya. Marilah kita
bergotong royang untuk menyelematkan bumi yang telah memberikan kita kehidupan
yang sempurna ini. Stop global warming.