Senin, 24 Maret 2014

Artikel global warming dan rekayasa cuaca



A. GLOBAL WARMING

1. Pengertian GLOBAL WARMING


 Pengertian dari pemanasan global itu sendiri adalah meningkatnya temperatur rata-rata bumi sebagai akibat dari akumulasi panas di atmosfer yang disebabkan oleh Efek Rumah Kaca. Panas dari bumi yang seharusnya dipantulkan lagi ke angkasa, tertahan oleh gas-gas rumah kaca yang terkandung dalam atmosfer. Gas tersebut antara lain adalah karbon dioksida dan metana. Faktor utama penyebab makin meningkatnya gas-gas tersebut adalah perkembangan teknologi yang tidak ramah lingkungan. Kebutuhan manusia terus bertambah. Untuk memenuhi semua kebutuhan tersebut dengan cepat dan efesien, dibutuhkan industri-industri besar. Memang hasilnya bagi manusia sangat menguntungkan, tapi limbah hasil keluaran pabrik itu yang sangat tidak berpihak pada alam. Air, Udara, dan tanah akan tercemar jika tidak ditangani dengan sistem penanggulangan yang berwawasan lingkungan. Meningkatnya jumlah kendaraan berbahan bakar fosil juga akan ikut mempercepat pemanasan global. Asap hasil emisi kendaraan bermotor yang tidak sempurna mengandung karbon dioksida dan karbon monoksida. Dua jenis material tersebut tidak sanggup diserap seluruhnya oleh tumbuhan yang jumlahnya semakin berkurang. Dampak yang diakibatkan oleh pemanasan global hampir semuanya negatif. Mungkin ada beberapa dampak positif dari fenomena ini, tapi yang akan kita bahas hanyalah dampak negatifnya.Secara tidak langsung, pemanasan global ini berpengaruh pada cuaca yang tidak menentu. Suhu rata-rata permukaan bumi meningkat secara bertahap. Dari naiknya suhu rata-rata tersebut, tingginya permukaan air laut juga berpengaruh. Pemanasan yang berpusat di belahan utara bumi,menyebabkan es di kutub utara mencair. Dengan cairnya es tersebut, debit air laut akan bertambah dan menyebabkan pulau-pulau rendah akan tenggelam dan hilang. Hasil pertanian pun tidak luput dari pengaruh pemanasan global. Hujan atau kemarau yang terlalu panjang, menyebabkan sering terjadi banjir atau kekeringan parah. Pertumbuhan tanaman akan terganggu yang pada akhirnya juga akan mengurangi hasil panenan.
Dalam laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) 2007, dapat dilihat dampak pemanasan global yang akan terjadi per 1 derajat Celcius kenaikan rata-rata suhu dunia dalam rentang kenaikan 1-5 derajat Celcius. Berdasarkan data ini, antara 1970 hingga 2004, diIndonesia telah terjadi kenaikan suhu rata-rata tahunan antara 0,2-1 derajat Celcius yang dapat mengakibatkan penurunan produksi pangan sehingga bisa meningkatkan risiko bencana kelaparan, peningkatan kerusakan pesisir akibat banjir dan badai, peningkatan kasus gizi buruk dan diare, serta perubahan pola distribusi hewan dan serangga sebagai vektor penyakit. Dari segi kesehatan, para ilmuan memprediksi bahwa lebih banyak orang yang terkena penyakitatau meninggal karena stress udara panas.
 Wabah penyakit yang biasa ditemukan di daerah tropis, seperti penyakit yang diakibatkan nyamuk dan hewan pembawa penyakit lainnya, akan semakin meluas karena mereka dapat berpindah ke daerah yang sebelumnya terlalu dingin bagi mereka.
Saat ini, 45 persen penduduk dunia tinggal di daerah di mana mereka dapat tergigit oleh nyamuk pembawa parasit malaria. Persentase itu akan meningkat menjadi 60 persen jika temperatur meningkat. Penyakit-penyakit tropis lainnya juga dapat menyebar seperti malaria, demam berdarah dengue, demam kuning, dan encephalitis. Para ilmuan juga memprediksi meningkatnya insiden alergi dan penyakit pernafasan karena udara yang lebih hangat akan memperbanyak polutan, spora mold dan serbuk sari.
Terjadi dan masih terus berlanjut pada masa sekarang dalam kehidupan dan peradaban manusia Semenjak manusia pada jaman purbakala sampai dengan jaman sekarang, manusia telah mengalami perkembangan dalam setiap periode waktu yang dilewatinya yang telah kita kenal dengan berbagai jaman seperti jaman meolitikum, neolitikum. Peradaban manusia telah mengalami kemajuan sampai sekarang. Selama perkembangan itu, manusia menjalani kehidupan bergantung pada pertanian dan agrikultur. Dengan orientasi kehidupan tersebut, manusia selalu berusaha menjaga dan melestarikan lingkungannya dengan sebaik-baiknya yang bertujuan untuk
menjaga kelangsungan hidup manusia pula. Dan pada saatnya, perkembangan manusia telah mengalami jaman revolusi industri yang menggantungkan kehidupan manusia pada bidang perindustrian. Dengan orientasi hidup tersebut, dunia agrikultur pun mengalami kemunduran perlahan-lahan. Nilai-nilai kehidupan manusia pun mengalami perubahan, terutama dalam interaksi manusia dengan lingkungannya. Perubahan-perubahan yang terjadi ini menghasilkan dampak baik positif maupun negatif. Salah satu dampak revolusi industri yang telah adalah dampaknya bagi lingkungan yang ada di sekitar manusia itu sendiri. Ekspansi usaha yang dilakukan oleh para pelaku industri seperti pembangunan pabrik-pabrik dan pembuatan produksi dengan kapasitas besar dengan mengesampingkan perhatian terhadap dampaknya bagi lingkungan secara perlahan namun pasti telah mengakibatkan kelalaian yang pada akhirnya akan merugikan lingkungan tempat tinggal manusia serta manusia dan kehidupannya. Para ahli lingkungan telah menemukan indikasi adanya dampak yang terbesar bagi lingkungan dan dunia secara global akibat usaha perindustrian yang dilakukan dan telah berkembang pesat ini. Dampak negatif ini adalah terjadinya pemanasan di dunia dan sering disebut sebagai Global Warming.

2. Penyebab Timbulnya GLOBAL WARMING



  • ·        Emisi karbon dioksida dari pembakaran bahan bakar fosil pembangkit

               listrik.



Penggunaan listrik yang semakin meningkat yang dipasok dari pembangkit listrik berbahan bakar batubara batubara yang melepaskan sejumlah besar karbon dioksida ke atmosfer. 40% emisi CO2 dihasilkan oleh produksi listrik AS, dan 93 persen diantaranya berasal dari emisi pembakaran batubara pada industri utilitas. Setiap hari,  pasar semakin banyak dibanjiri gadget penggunaannya membutuhkan daya listrik, padahal tidak didukung oleh energi alternatif. Dengan demikian kita akan semakintergantung pada pembakaran batu bara untuk memasok kebutuhan listrik di seluruh dunia.
   
  • Emisi karbon dioksida dari pembakaran bensin pada kendaraan.

 

Kendaraan yang kita pakai adalah sumber penghasil emisi sekitar 33%  yang berdampak terhadap pemanasan global. Dengan pertambahan jumlah penduduk yang tumbuh pada tingkat yang mengkhawatirkan, tentu saja akan meningkatkan permintaan akan kendaraan yang lebih banyak lagi, yang berarti penggunaan bahan bakar fosil untuk transportasi dan pabrik yang semakin besar. Konsumsi terhadap bahan bakar fosil jauh melampaui penemuan terhadap cara untuk mengurangi dampak emisi. Sudah saatnya kita meninggalkan budaya konsumtif.



  • ·        Emisi metana dari peternakan dan dasar laut Kutub Utara.




Metana merupakan gas rumah kaca yang sangat kuat setelah CO2. Bila bahan organik diurai oleh bakteri pada kondisi kekurangan oksigen (dekomposisi anaerobik) maka metana akan dihasilkan. Proses ini juga terjadi pada usus hewan herbivora, dan dengan meningkatnya jumlah produksi ternak terkonsentrasi, tingkat metana yang dilepaskan ke atmosfer akan meningkat. Sumber metana lainnya adalah metana klatrat, suatu senyawa yang mengandung sejumlah besar metana yang terperangkap dalam struktur bongkahan es. Apabila metana keluar dari dasar laut Kutub Utara, maka tingkat pemanasan global akan meningkat secara signifikan.



  • ·         Deforestasi, terutama hutan tropis untuk kayu, pulp, dan lahan pertanian.




Penggunaan hutan untuk bahan bakar (baik kayu dan arang) merupakan salah satu penyebab deforestasi. Di seluruh dunia pemakaian produk kayu dan kertas semakin meningkat, kebutuhan akan lahan ternak semakin meningkat untuk pemasok daging dan susu, dan penggunaan lahan hutan tropis untuk komoditas seperti perkebunan kelapa sawit menjadi penyebab utama terhadap deforestasi dunia. Penebangan hutan akan mengakibatkan pelepasan karbon dalam jumlah besar ke atmosfir.
·       

  •   Peningkatan penggunaan pupuk kimia pada lahan pertanian.


Pada pertengahan abad ke-20, penggunaan pupuk kimia (yang sebelumnya penggunaan pupuk kandang) telah meningkat secara dramatis. Tingginya tingkat penggunaan pupuk yang kaya nitrogen memiliki efek pada penyimpanan panas dari lahan pertanian (oksida nitrogen memiliki kapasitas 300 kali lebih panas- per unit volume dari karbon dioksida) dan kelebihan limpasan pupuk menciptakan 'zona-mati 'di laut. Selain efek ini, tingkat nitrat yang tinggi dalam air tanah karena pemupukan yang berlebihan berdampak terhadap kesehatan manusia yang cukup memprihatinkan.

  • ·        Efek Rumah Kaca


Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini tiba permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, sulfur dioksida dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.


  •       Efek Umpan Balik

nasir penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik yang dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara sampai tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri. (Walaupun umpan balik ini meningkatkan kandungan air absolut di udara, kelembaban relatif udara hampir konstan atau bahkan agak menurun karena udara menjadi menghangat).[3] Umpan balik ini hanya berdampak secara perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer. Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh es.[4] Ketika suhu global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair dengan kecepatan yang terus meningkat. Bersamaan dengan melelehnya es tersebut, daratan atau air di bawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi Matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan

3. Dampak Global Warming Terhadap EKOSISTEM


  • Gletser  Menciut



Gletser adalah daratan yang terbuat dari es. Gletser bakal ikut meleleh dan menciut seiring dengan bertambahnya suhu bumi. Suhu bumi meningkat karena tingginya emisi gas rumah kaca  di atmosfer. Selama tahun 1990- 2005  saja suhu bumi naik 0,15 - 0,3 derajat celcius.  Gletser Himalaya yang memasok air ke sungai Gangga sekaligus menyediakan irigasi dan suplai air minum untuk 500 juta penduduk,menyusut 37 meter pertahun.Gletser di kutub semakin cepat mencair hingga membuat permukaan air laut di bumi naik.


  •       Mahkluk Hidup Punah



Sebanyak 30 % mahkluk hidup yang ada  sekarang bakal musnah tahun 2050 kalau temperatur bumi terus naik. Spesies yang punah ini kebanyakan yang habitatnya di tempat dingin . Hewan-hewan laut diperkirakan banyak yang tak bisa bertahan setelah suhu air laut jadi menghangat. Kalau tumbuhan dan hewan makin berkurang, jelas manusia akhirnya terancam karena kekurangan bahan makanan.


  •        Hilangnya terumbu karang.




Sebuah laporan tentang terumbu karang dari WWF mengatakan bahwa dalam skenario terburuk, populasi karang akan runtuh pada tahun 2100 karena suhu dan keasaman laut meningkat. 'Pemutihan' karang akibat kenaikan suhu laut yang terus-menerus sangat berbahaya bagi ekosistem laut, dan banyak spesies lainnya di lautan bergantung pada terumbu karang untuk kelangsungan hidup mereka."Meskipun luasnya lautan 71 persen dari permukaan bumi dengan kedalaman rata-rata hampir 4 km - ada indikasi bahwa hal  ini mendekati titik kritis. Bagi terumbu karang, pemanasan dan pengasaman air mengancam hilangnya ekosistem global. Jadi diperlukan upaya yang besar untuk menyelamatkan terumbu karang dari kepunahan.



  •          Badai



Badai memang bisa terjadi karena kehendak alam. Tapi suhu air yang menghangat akibat global warming mendukung terjadinya badai yang jauh lebih kuat dan besar. Beberapa tahun belakangan ini , negara-negara di Eropa, Amerika, dan  Karibia telah mengalami begitu banyak badai dibandingkan abad sebelumnya. Bahkan badai-badai tersebut bukan cuma badai biasa, namun  masuk kategori badai mematikan , seperti badai katrina,badai ike, badai nargis, badai rita,dll.
 Tingkat keparahan badai seperti angin topan dan badai semakin meningkat, dan penelitian yang dipublikasikan dalam Nature mengatakan:
"Para ilmuwan menunjukkan bukti yang kuat bahwa pemanasan global secara signifikan akan meningkatkan intensitas badai yang paling ekstrim di seluruh dunia. Kecepatan angin maksimum dari siklon tropis terkuat meningkat secara signifikan sejak tahun 1981.Hal tersebut diperkirakan didorong oleh suhu air laut yang semakin meningkat, tidak mungkin mengalami penurunan dalam waktu dekat. "


  •         Kekeringan



Afrika, India, dan daerah-daerah kering lainnya bakal menderita kekeringan lebih parah ! Air akan makin sulit di dapat dan tanah tak bisa ditanami apa-apa lagi, hingga suplai makanan berkurang drastis. Ilmuwan memperkirakan hasil tani negara-negara Afrika akan menurun 50 % di tahun 2020 , dan tingkat kekeringan di dunia meningkat 66 % . Tak terbayang kalau kekeringan ini sampai terjadi di bumi ini. Menurut penelitian terbaru, sekitar 3 miliar orang di seluruh dunia harus memilih untuk pindah ke wilayah  beriklim sedang karena kemungkinan adanya ancaman kelaparan akibat perubahan iklim dalam 100 tahun.
"Perubahan iklim ini diramalkan memiliki dampak yang paling parah pada pasokan air. Kekurangan air di masa depan kemungkinan akan mengancam produksi pangan, mengurangi sanitasi, menghambat pembangunan ekonomi dan kerusakan ekosistem. Hal ini menyebabkan perubahan suasana lebih ekstrim antara banjir dan kekeringan." Menurut Guardian, pemanasan global menyebabkan 300.000 kematian per tahun
.


  •     Pulau  Tenggelam



Para ilmuwan memprediksi kenaikan permukaan air laut di seluruh dunia karena mencairnya dua lapisan es raksasa di Antartika dan Greenland, terutama di pantai timur AS. Namun, banyak negara di seluruh dunia akan mengalami dampak naiknya permukaan air laut, yang bisa memaksa jutaan orang untuk mencari pemukiman baru. Maladewa adalah salah satu negara yang perlu mencari rumah baru akibat naiknya permukaan laut. Indonesia , Amerika Serikat, dan Bangladesh adalah beberapa negara yang paling terancam tenggelam. Bahkan beberapa pulau di Indonesia sudah hilang tenggelam. Ini disebabkan mencairnya permukaan gletser di kutub yang membuat volume air laut meningkat drastis. Menyusutnya hutan bakau memperparah pasangnya air laut.  Sekarang saja pasang air laut  Pantai Kuta telah membanjiri beberapa lobi hotel disekitarnya. Pulau Jawa juga bernasib sama , sampai saat ini permukaan Teluk Jakarta sudah naik 0,8 cm. Dan kalau suhu bumi terus naik , tahun 2050 derah-daerah Jakarta dan Bekasi seperti Kosambi , Penjaringan , Cilincing , Muaragembong , dan Tarumajaya akan terendam.


4. Upaya Manusia Untuk Mengurangi Efek Global Warming


  •        Menanam pohon




Ini mungkin adalah cara yang paling mudah untuk dilakukan oleh kita tetapi sangat berat untuk dilaksanakan. Ini dikarenakan kita sangat malas untuk bergerak dan menggunakan raga kita hanya untuk sekedar menanam pohon. Tetapi inilah mungkin salah satu cara yang paling ampuh untuk mengurangi dampak global warming. Karena pohon terbukti dapat menghisap kuat gas karbon dioksida dan apalagi jika kita menanam pohon rumpun bambu akan menghisap karbon dioksida 4 kali lebih kuat dari pohon biasa.

  •         Kurangi penggunaan kertas


Ingat kuat-kuat pemikiran di atas di pikiran kita, karena inilah salah satu penyebab yang besar yang mempengaruhi global warming karena dengan kita memakai satu lembar kertas berarti kita telah menebang satu buah pohon. Mulailah sekarang untuk mengurangi penggunaan kertas misalnya gunakan kertas se-efisien mungkin dan print-lah kertas jika bisa kertas tersebut digunakan secara bolak-balik.


  •         Hemat penggunaan listrik

Saat ini listrik sudah semakin mahal. Ini mungkin juga salah satu siasat pemerintah untuk mengurangi dampak global warming (mungkin). Jika kita lagi bepergian matikanlah listrik yang tidak perlu, atau hematlah sehemat-hemat mungkin untuk menggunakan listrik. Lalu juga jangan sering membuka kulkas terlalu sering karena ruangan di dalam kulkas banyak mengandung freon yang dapat merusak lapisan ozon di bumi.Jadi inilah mungkin cara mengatasi mungkin tepatnya mengurangi gejala dari global warming. Sebenarnya masih banyak cara-cara yang mungkin kita bisa lakukan untuk mengurangi hal tersebut. Mudah-mudahan kita bisa mulai dari sekarang untuk melakukan hal tersebut, karena semakin lama lapisan ozon bumi kita akan semakin berkurang dan ini akan menjadi kehidupan kita di bumi menjadi panik dan terganggu

  •         Sering-seringlah naik sepeda


Sepeda adalah angkutan yang paling aman dan sangat nyaman serta sangat mudah untuk digunakan. Dan cara ini bisa kita gunakan untuk mengurangi emisi polusi yang sudah banyak ‘berterbangan’ di bumi. Jikalau bisa kurangilah penggunaan sepeda motor ataupun mobil untuk bekerja dan mulailah sedikit-sedikit menggunakan sepeda dan cara ini pun juga akan mengurangi kemacetan.


B. REKAYASA  CUACA

1. Pengertian Rekayasa Cuaca

Menurut definisi, Rekayasa cuaca atau WMT (Weather Modification Technology) merupakan usaha manusia untuk mengubah tingkat curah hujan yang turun secara alami dengan mengubah proses fisika yang terjadi di dalam awan. Proses fisika yang diubah (diberi perlakuan) di dalam awan dapat berupa proses tumbukan dan penggabungan (collision and coalescense) atau proses pembentukan es (ice nucleation).
proses rekayasa cuaca:

 1. Cek Lokasi Awan dan Arah Angin


Hal pertama yang harus dilakukan oleh para perekayasa cuaca adalah menentukan lokasi awan yang berpotensi menimbulkan hujan lebat serta banjir. Lalu, arah dan kelajuan angin juga harus diperhitungkan sehingga dapat diperkirakan dimana hujan akan turun dan berapa lama senggang waktunya. Selain itu, hal ini juga penting guna keselamatan pilot dan awak perekayasa cuaca di udara nanti.

2. Siapkan Senjata



Amunisi yang digunakan para perekayasa cuaca untuk penyemaian awan sangatlah simpel dan dapat kita temui dimana-mana. Nama kimianya adalah Natrium Klorida (NaCl) atau dikenal dengan Garam Dapur. Bahan semai ini bersifat higroskopis, yaitu menyerap air, maka awan akan lebih banyak menyerap molekul air sehingga proses kondensasi akan terjadi lebih cepat. Selain itu, Molekul NaCl yang lebih Berat daripada Air (H2O) otomatis akan menambah massa awan, sehingga proses kondensasi akan terjadi lebih cepat lagi. (kondensasi = proses awan (uap air) menjadi titik air)

3. Terbangkan Pesawat


Sebenarnya untuk merekayasa cuaca tidak perlu pesawat khusus yang canggih, cukup sebuah pesawat yang mampu mengangkut berton-ton garam dapur. Bahkan sebetulnya bisa menggunakan alat bantu lain, diantaranya:
  1. Helikopter
  2. Penyemaian dari Darat
  3. Unmanned Aerial Vehicle (UAV)
Namun, cara yang paling umum digunakan adalah menggunakan pesawat. Armada perekayasa cuaca di Indonesia diantaranya pesawat CASA dan Hercules.

Ketika telah mencapai ketinggian dan lokasi yang tepat, biasanya lokasi  yang tepat itu adalah di atas laut atau daerah-daerah tidak rawan banjir. Maka garam dapur mulai ditebarkan dan dengan mudah mengikat dengan air yang ada di awan (sesuai sifat garam, mudah larut dalam air) lalu, garam-garam itu membantu mengikat lebih banyak air untuk mempercepat proses kondensasi.


4. Kejadian Selanjutnya

Ketika awan selesai disemai maka awan akan mengikat lebih banyak air, menurut prediksi rata-rata, awan intensitas sedang akan mulai kondensasi 2 jam setelah disemai, melalui penentuan yang dilakukan seperti pada poin 1, maka dapat diprediksi lokasi dimana awan akan jatuh. Dan hal ini dapat memantu mengurangi intensitas hujan yang dapat berpotensi banjir di daerah-daerah tertentu seperti Jakarta.

2. Permanfaatan Rekayasa Cuaca

Dalam pelaksanaannya, teknologi ini memilki sifat yang unik, karena tidak memerlukan bangunan sipil yang permanen, dan teknologi ini sangat ramah lingkungan. Produk Teknologi ini yang berupa tambahan curah hujan atau tambahan aliran sungai memiliki nilai ekonomis tinggi. Sehingga pada dasarnya teknologi ini mudah untuk diterapkan dan tidak memiliki dampak buruk bagi lingkungan sekitarnya.
Kegiatan ini ramah lingkungan. Bahan yang digunakan untuk penyemaian awan juga digunakan untuk kehidupan sehari-hari. Urea digunakan dalam pertanian dan unsur lainnya yang juga bermanfaat layaknya kandungan mineral dari air hujan.
Disamping banyaknya manfaat, terdapat pula kendala yang dialami dalam proses rekayasa cuaca ini, yaitu biaya yang dibutuhkan dalam sekali proses tidaklah murah. Selain biaya yang diperlukan besar, kemungkinan kegagalan dari proses ini pun bisa saja terjadi, seperti contohnya apabila serbuk garam yang ditaburkan tidak tersebar pada area yang tepat,sehingga serbuk akan jatuh lagi ke tanah dengan sia-sia, padahal biaya yang dikeluarkan sangat besar. Dari penemuan metode perekayasaan cuaca ini dapat disimpulkan bahwa kekeringan di suatu wilayah dapat diatasi dengan pembuatan hujan buatan. Proses pelaksanaanya pun cukup sederhana yaitu dengan menaburkan garam pemicu hujan di awan Cumulus dengan menggunakan pesawat kecil sehingga masing-masing butiran garam akan mengikat air di awan tersebut yang kemudian jatuh sebagai air hujan.
Manfaat yang dihasilkan pun cukup banyak contohnya adalah bertambahnya curah hujan dibandingkan dengan hujan pada umumnya, mineral yang dihasilkan pun ramah lingkungan, dan manfaat-manfaat lainnya.
Disamping manfaatnya terdapat pula kendala dalam pelaksanaannya yaitu masalah biaya yang besar dalam sekali prosenya serta kesalahan penaburan garam dalam pelaksanaannya, juga dapat menghasilkan kerugian yang cukup besar.

3. Dampak Rekayasa Cuaca Terhadap Iklim Global

Proses Rekayasa Cuaca tentu juga memiliki dampak negatif, diantaranya sebagai berikut:
  •        Cuaca di Daerah Target akan menjadi panas, karena hanya sedikit awan yang menghalangi sinar matahari.
  •    Biaya yang tidak sedikit. Karena idealnya Rekayasa Cuaca harus dilakukan setiap hari selama periode hujan lebat.
  •          Konsumsi Garam Dapur yang terlalu besar.
  •          Memutus siklus air.
  •         Naiknya muka air laut. Karena siklus air tidak berjalan.





PENUTUP

1. Kesimpulan : Pemanasan global telah menjadi permasalahan yang menjadi sorotan utama umat manusia. Fenomena ini bukan lain diakibatkan oleh perbuatan manusia sendiri dan dampaknya diderita oleh manusia itu juga. Untuk mengatasi pemanasan global diperlukan usaha yang sangat keras karena hampir mustahil untuk diselesaikan saat ini. Pemanasan global memang sulit diatasi, namun kita bisa mengurangi efeknya.Penangguangan hal ini adalah kesadaran kita terhadap kehidupan bumi di masa depan. Apabila kita telah menanamkan kecintaan terhadap bumi ini maka pmanasan global hanyalah sejarah kelam yang pernah menimpa bumi ini.

2. Saran – Saran : Kehidupan ini berawal dari kehidupan di bumi jauh sebelum makhluk hidup ada. Maka dari itu untuk menjaga dan melestarikan bumi ini harus beberapa dekade kah kita memikirkannya. Sampai pada satu sisi dimana bumi ini telah tua dan memohon agar kita menjaga serta melstarikannya. Marilah kita bergotong royang untuk menyelematkan bumi yang telah memberikan kita kehidupan yang sempurna ini. Stop global warming.